Penyakit Menular di Indonesia

Jum'at, 05 Mei 2023
Penyakit Menular di Indonesia

Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang masih butuh perhatian di negara berkembang. Di Indonesia, permasalahan penyakit menular masih menjadi permasalahan rutin setiap tahunnya karena seringkali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menjadi beban bagi pemerintah dan kesengsaraan bagi masyarakat. Penyakit menular di Indonesia diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu penyakit menular langsung, penyakit yang ditularkan melalui vektor dan zoonosis, serta penyakit yang dapat dikendalikan dengan imunisasi. Tiga penyakit menular yang perlu menjadi perhatian khusus adalah TBC, HIV/AIDS dan malaria, selain penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Tuberculosis atau yang disingkat dengan TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia tercatat memiliki kasus penderita penyakit TBC terbanyak di dunia setelah India. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan bahwa penyakit TBC cukup memprihatinkan dengan terus muncul laporan yang diprediksi sebanyak 700 ribu kasus baru. Hal tersebut disampaikan dalam Opening Ceremony Webinar Nasional: Implementasi TOSS TBC (Temukan, Obati, Sampai Sembuh) dalam Berbagai Sektor Untuk Eliminasi TBC yang digelar oleh Bakrie Center Foundation pada Senin, 20 Maret 2023.

Penyakit TBC dapat menular melalui udara. Bila penderita TBC batuk, bersin, atau berbicara, partikel bakteri akan berada di udara, dan jika udara tersebut terhirup oleh orang yang sehat maka akan menimbulkan gejala infeksi TBC pada orang sehat tersebut. Gejala infeksi TBC ditandai dengan batuk yang berlangsung cukup lama, demam, berat badan turun, nafsu makan berkurang, atau mengeluarkan dahak disertai dengan darah. Penularan penyakit TBC dapat dicegah dengan pengidap TBC diminta menutupi area hidung dan mulutnya apabila hendak batuk atau bersin, pengidap TBC dipisahkan dari orang sehat sampai tidak dapat menulari lagi, dan pengidap TBC segera melakukan sederet pengobatan yang dianjurkan dokter.

Selain TBC, indonesia juga mengalami kasus penyakit HIV/AIDS yang cukup memprihatinkan. Angka kasus penyakit HIV/AIDS di berbagai wilayah menunjukkan angka yang besar dan cenderung meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, tahun lalu ditemukan 31 kasus baru di wilayah Bandung. Jika ditotal, mencapai 2.428. Adapun di wilayah makassar terdapat 16.800 kasus dan wilayah Banda Aceh ditemukan sebanyak 198 kasus.

Human Immunodeficiency Virus atau yang disingkat dengan HIV merupakan pathogen atau retrovirus rantai tunggal RNA yang menyerang sistem kekebalan manusia, terutama semua sel yang memiliki penanda CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. Adapun AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV. Kelompok yang beresiko tertular HIV/AIDS yaitu pengguna NAPZA suntik yang menggunakan jarum suntik secara bergantian, pekerja seks/pelanggan mereka, homoseksual, narapidana, pelaut, pekerja di sektor transportasi, migrant worker, penularan dari ibu ke anak selama masa kehamilan, dan penularan melalui transfusi darah. Penularan HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara menghindari perilaku seks bebas dan tetap setia kepada pasangan, apabila hendak melakukan transfusi darah, pastikan bahwa darah serta alat-alatnya steril dan telas melalui tes HIV dan standar keaman darah, dan tentunya tidak memakai segala macam bentuk narkoba.

Penyakit menular tertinggi di Indonesia lainnya adalah malaria. Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Menurut menteri kesehatan, Indonesia tercatat tingkat kematian akibat malaria mencapai 1,3%.

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium hidup serta berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Adapun P. ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa. Gejala utama demam sering di diagnosis dengan infeksi lain, seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran nafas. Adanya thrombositopenia sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue atau typhoid. Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan stroke.

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi. Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.

Adapun Pengobatan kombinasi malaria harus

a) aman dan toleran untuk semua umur;

b) efektif dan cepat kerjanya;

c) resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan

d) harga murah dan terjangkau.

Menteri Kesehatan Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU menjelaskan bahwa Indonesia belum lepas dari serangan penyakit menular, seperti malaria, tuberculosis, dan HIV. “Inilah mengapa kita harus memiliki sistem inovasi kesehatan yang kuat untuk melawan penyebaran penyakit menular. Covid-19 mengajarkan kepada kita bahwa setiap negara harus memiliki kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon berbagai ancaman yang datang,” jelasnya.

Referensi

Sudaryo, M. K., & Suprayogi, A. (2022). Analisis Situasi Masalah Kesehatan Penyakit Menular di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 7(1), 357-374. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/download/13269/6976

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Menkes Perkirakan Muncul 700 Ribu Kasus Baru TBC di Indonesia. [Online]. Diakses dari https://fkm.unair.ac.id/menkes-perkirakan-muncul-700-ribu-kasus-baru-tbc-di-indonesia-2/

NSW Health. Tuberculosis. [Online]. Diakses dari https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/tuberculosis/Documents/Language/factsheet-ind.pdf

Detik Jabar. Kasus HIV/AIDS di Bandung Meningkat Jadi 2.428 Orang. [Online]. Diakses dari https://www.detik.com/jabar/berita/d-6596341/kasus-hivaids-di-bandung-meningkat-jadi-2428-orang

Kementrian Luar Negeri Konsulat Jenderal Republik Indonesia. HIV/AIDS Kenali untuk Dihindari. [Online]. Diakses dari https://kemlu.go.id/download/L1NoYXJlZCUyMERvY3VtZW50cy9UQUJMT0lEL3RhYmxvaWQlMjBCcm9zdXIlMjBBSURTLnBkZg==

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013. Pedoman Tata Laksana Malaria. [Online]. Diakses dari https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2017/03/bn128-2013lamp.pdf

 Penulis: Ulya N Afifah



  Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar